Asma dan Asuransi Kesehatan

>> Saturday, March 28, 2009





Baru-baru ini, dua calon nasabah asuransi saya mengajukan asuransi yang mengikutsertakan program rawat inap dan program operasi rumah sakit (HISR - Hospital income rider and surgical).

Namun ternyata, kedua calon nasabah saya ini memiliki penyakit asma. Proses pengajuan mengalami penundaan, karena klien harus melakukan medical check-up, cross-check dengan rumah sakit/klinik tempat klien pernah berkonsultasi, dan prosedur lain yang harus dilakukan oleh pihak underwritting.


Setelah melakukan proses yang cukup lama, akhirnya kedua aplikasi disetujui, dengan pengecualian penyakit asma dan komplikasinya. Tentu saya dan klien saya kecewa, karena justru penyakit inilah yang ingin di asuransikan pada saat klien mengalami perawatan di rumah sakit.


Bagaimana jika diajukan ke perusahaan asuransi lain? Ternyata langsung mengalami penolakkan, atau agennya menyarankan untuk tidak menginformasikan bahwa klien memiliki penyakit asma tersebut.


Pada dasarnya, asuransi adalah untuk memproteksi diri dari suatu kondisi yang tidak diharapkan (meninggal, sakit, kecelakaan). Jadi tujuannya adalah memproteksi dari kejadian yang tidak diharaokan, bukan untuk meng-cover kejadian yang sudah ada. Katakanlah asuransi rumah, jika sudah terbakar, baru kemudian mengajukan asuransi, tentu saja akan ditolak, lain halnya jika baru membangun rumah, kemudian mengasuransikan rumahnya, lalu terbakar, maka pihak asuransi harus membayar klaim.



Jadi segala informasi yang diberikan pada saat melakukan pengajuan asuransi harus tepat dan benar, menyertakan beberapa referensi dari rumah sakit/dokter jika ada, dan data diri serta riwayat kesehatan keluarga, karena asuransi adalah kontrak seumur hidup. Sangat disayangkan jika nasabah mengisi surat pengajuan dengan tidak jujur, seandainya pengajuan tersebut diterima, kelak dikemudian hari jika diketahui ada kesalahan/ketidaksesuaian, maka klaim akan ditolak.


Maka, alangkah baiknya jika sedini mungkin kita mengasuransikan diri kita sendiri, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pada saat kita masih muda dan sehat. Memang, setiap orang mengharapkan sehat dan tidak mendapatkan penyakit yang berarti dalam hidupnya, namun jika sudah terkena penyakit, dan belum berasuransi, kelak anak-anak kita yang akan menanggung resikonya.



Semoga bermanfaat.

Read more...

Masyarakat Indonesia Kurang sadar Asuransi

>> Tuesday, March 24, 2009


Masyarakat Indonesia masih belum sadar akan pentingnya asuransi dalam hidupnya. Hal itu ditunjukkan dengan perbandingan antara premi dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hanya 1,57 persen saja.

Demikian diungkap Koordinator Insurance Goes to Campus (IGTC) Anton Lie di Jakarta, Jumat (13/3). "Hal tersebut jauh sekali jika dibandingkan dengan tetangga kita Malaysia, Singapura, Thailand, ataupun Filipina yang persentasinya sudah di atas 5,5 persen," ungkap Anton.

IGTC yang dibentuk oleh Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia (FAPI) ini, kata Anton, mempunyai program untuk memperkenalkan asuransi kepada masyarakat luas melalui dunia pendidikan. "Masyarakat kita belum memiliki kesadaran bahwa asuransi penting. Mereka tidak sadar karena mereka tidak tahu. Ketidaktahuan itulah yang menimbulkan ketidakpercayaan kepada perusahaan asuransi," kata Anton yang ditemui saat Seminar "Dampak Krisis Finansial Global terhadap Dunia Bisnis Asuransi" di Universitas Katolik Atmajaya.

Anton menolak jika apa yang dilakukan IGTC condong ke perusahaan asuransi. "Itu tidak benar. Kami hanya mau membangun kesadaran pentingnya asuransi. Itu penting bagi masyarakat juga bagi perusahaan. Buktinya pembicara dari perusahaan asuransi pada seminar ini tidak boleh promosi," terang Anton.

Menurut Anton, usaha memasyarakatkan asuransi ini sebenarnya juga mengingat peran asuransi sebagai pilar dari perbankan. "Coba lihat, sebelum pihak bank mengeluarkan pinjaman mereka mesti mendapatkan kepastian bahwa jaminan yang ditawarkan kepada bank sudah diasuransikan," kata Anton.

Ia mencontohnya, ketika perbankan di Amerika limbung akibat krisis keuangan global ternyata pemerintah memprioritaskan perusahaan asuransi AIG untuk diselamatkan. Krisis ekonomi global ini, kata Anton, sebenarnya menjadi peluang bagi bisnis asuransi. "Ketika krisis bergulir banyak orang mulai sadar pentingnya asuransi sehingga mereka membeli polis untuk menyelamatkan asetnya," ungkap Anton.

Lebih lanjut, Anton mengatakan bahwa seminar kali ini merupakan tempat ke-20 dari 27 target lembaga pendidikan untuk acara serupa. "Dari 27 tersebut ada 3 sekolah setingkat SMA, 1 pondok pesantren, dan sisanya PTN/PTS," kata Anton. Ia berharap melalui kegiatan ini para intektual muda ini bisa menyosialisasikannya kepada masyarakat sehingga semakin banyak yang sadar pentingnya asuransi.

C4-09

(Sumber : www.kompas.com)

Read more...

  © Blogger template Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP